Seluruh orang memanglah sempat serta tentu tentu telah melaksanakan kekeliruan. Bagus kekeliruan yang kecil ataupun parah sekalipun. Serta kekeliruan itu telah kita jalani dari kecil, serta itu alami, sebab kita aktif, kita berkembang, kita hendak berlatih. Mana yang betul serta salah, mana yang bagus serta kurang baik. Alhasil kamu hendak berkembang serta berlatih. Serta kamu tidak hendak melaksanakan kekeliruan yang sempat kamu jalani. Juga terjalin lagi, terdapat sebagian alibi, dapat saja sebab ia tidak terencana, ataupun memanglah ia menikmati serta aman dengan melaksanakan itu. Ia merasa itu tidak apa, serta ia aman dengan itu. Alhasil ia hendak melaksanakannya berkali- kali.
Bila Seorang Melakukan Kekeliruan Berkali-Kali Itu Berarti Ia Menikmati
Ini legal di seluruh pandangan. Bila kita ketahui itu salah, serta kita betul- betul menyesalinya, kita tidak hendak melaksanakannya lagi. Juga esok kamu dihadapkan dengan momen dimana kita mempunyai opsi buat dapat memilah melakukan kekeliruan itu. Selaku jalur pintas kamu pergi dari permasalahan kamu, ataupun buat menyembuhkan rasa bosan serta mentok kamu sedangkan. Alhasil kamu mempunyai bujukan buat melaksanakan kekeliruan yang serupa. Sebab itu dapat melepaskanmu dari sebagian suasana yang kamu tidak mau, ataupun sebab itu membagikan kamu suatu kebahagiaan di dikala itu.
Tetapi bila kamu betul- betul menangisi hendak sempat melaksanakan kekeliruan itu, kamu hendak dengan jelas pada diri kamu buat berkata tidak melaksanakan kekeliruan itu. Kamu tidak hendak berasumsi lama, kamu dengan jelas berkata kalau ini yang kamu mau. Kamu ketahui itu salah serta betul janganlah jalani lagi. Berat memanglah melaksanakan perihal itu. Sebab bujukan yang besar. Seperti itu mengapa tidak terdapat orang yang sempurna. Sebab seluruh orang terdapat waktunya terbawa hendak suasana serta bujukan yang terdapat. Alhasil melaksanakan kekeliruan yang serupa.
Tetapi bila ia tanpa ragu melaksanakan lagi kekeliruan itu, serta misalnya ia menangisi. Tetapi tidak lama sehabis itu, ia melaksanakan kekeliruan yang serupa lagi. Itu nyata bukan tidak terencana. Itu bukan khilaf. Tetapi ia memanglah aman dengan itu. Ia merasa itu oke- oke saja. Ia membagikan keterbukaan buat perihal itu. Tetapi sebab pada biasanya orang berkata itu salah, hingga ingin tidak ingin ia hendak berkata maaf, serta berkomitmen tidak melaksanakan itu. Tetapi ia ketahui, esok ia hendak melaksanakan itu lagi. Maaf yang dikatakannya cuma selaku buat meredakan kondisi serta tidak memanjangkan permasalahan.